Puisi-puisi dibawah adalah hasil kaya siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) Nurul Jadid, Kecamatan Batang-batang Sumenep. Puisi-puisi merupakan sebagian dari puisi-puisi mereka yang dipersiapkan untuk diterbitkan dalam bentuk buku “Para Pelopor”
Cerita Usang
Puisi: Alviana
Kemarilah, Sayang!
Aku punya secangkir kopi hangat
Lengkap dengan senja
Kian berteduh di emper rumahku
Katanya, hujan masih betah membasahi rerumputan
Ilalang masih basah
Tetesan airnya berceceran
Kemarilah, Sayang!
Kita lihat sekitar
Bumi masih setia mengabdi pada tuannya
Awan-awan masih sama saja
Mendung menjadi pemanis
Bercengkerama bersama bumi dan langit lepas
Kemarilah, Sayang!
Kita nikmati aroma secangkir kopi
Insekta malam menjadi irama Ah!
Aku tak menyangka kau egois pada akhirnya
Kusuguhkan secangkir kopi hangat padamu
Kau malah mengambil sepotong hatiku
Kau sudah melampaui batas, Sayang!
Pagi ini
Secangkir kopiku kembali hangat
Kutunggu-tunggu
Senja tak lagi berteduh Ia hilang
Kau pun hilang
Juruan Laok, 27 Maret 2020
Determination
Puisi: Aisyatul Fitriya
Silent night
I show on the moon and stars
A feeling tucked in my mind
Who only can
I say in my prayer
Hope, you feel
Missed longing
So perfect HIS creation
He present love with feelings that are not conveyed
But my heart chooses to be silent
You’re someone who works
Make me fall in love
If this love isn’t delivered in the real world
Let this love be the secret of the heart
Even though it’s only conveyed in prayer
Kamarku, 16 Agustus 2020
Aku Ingin
Puisi: A Nurul Mustofa
Jadi sebutir debu
yang tersangkut di sepatumu
Agar aku bisa menjelajah masa depan bersamamu
Jadi setetes air
yang mengalir di tenggorokanmu
Lalu tersangkut di hatimu
Agar aku dapat menyiram bunga-bunga cinta
Yang kusemai di sana
Jadi pelangi di matamu
Agar kau tak dapat melihat segala kesedihan
Yang singgah di hadapanmu
Sudut Rumah, 22 Februari 2020
Syair Malam
Puisi: Misdawi
Di balik topengmu yang indah
Menyimpan sejuta luka tak terungkap
Berangan-angan dalam jiwa
Berselesisih dalam raga
Menghilangkan banyak rasa
Seakan tak berdaya
Hingga aku mengerti sejuta makna duka
Di balik keindahanmu
Sekarang hanya tinggal cerita
Terungkap tanpa mengungkap
Mengabaikan realita Sekarang…!!
Kau pandai berdusta
Nyabakan Barat, 02 Maret 2020
Sosok Yang Hilang
Puisi: Nurul Laili
Kau petang tanpa hitam Kau berkata tanpa suara
Kau pencipta tawa dan penghapus air mata
Ke mana lagi kuharus cari sosok sepertimu
Sosok yang kuat dan tegar
Terima kasih kau sudah membiarkanku
Lunglai dalam rangkul kasih sayangmu
Cinta
Puisi: Miftahul Arifin
Jatuh cinta adalah anugerah
Yang datang tanpa kita cegah
Berbagai rasa telah campur aduk dalam satu wadah
Tidak ada batasan antara kecewa,
Senang, marah, bahagia, dan juga cemburu
Cinta tidak pernah memandang usia
Bila cinta telah datang di situlah semua dibutakan
Puisi cinta Awalnya biasa saja
Menjadi tidak biasa, bahkan juga
Bisa menjadi luar biasa
Kolpo, 24 Februari 2020
Si Kecil Malang
Puisi: Nur Faizah Hasanah
Kulihat
Anak kecil itu
Berjalan tanpa alas kaki
Ia terus berjalan ke sana kemari
Meminta sedikit sedekah
Untuk mengisi kekosongan perutnya Berharap diberi
Tapi malah cacian yang dikasih
Sebagian tatapan penuh iba
Sebagian yang lain seperti tak peduli
Ooh, Malang sekali nasibmu, Nak
Kau seharusnya seperti mereka
Menimba ilmu untuk masa depanmu kelak
Kulihat
Demi sesuap nasi
Kau tetap berjalan
Tak hirau sengatan matahari di kulit hitammu itu
Batang-Batang, 22 Februari 2020
Kertas Kosong
Puisi: Nor Ahmadi
Di bawah terangnya lentera
Duduk tersimpuh ingin menyerah
Lantaran kertas kosong yang tak berisi karya
Kertas itu hanya terombang-ambing
Mengikuti arah mata angin
Tengelam ke dalam sumur
Mengalir di selokan
Dan mengambang di atas sungai
Lihatlah hutan dengan tumbuhanya
Birunya langit dengan pelanginya
Gelapnya malam dengan bintang-bintangnya
Mengapa selembar kertas putih
Tak tergores tinta sama sekali
Kos Malam, 22 Februari 2020
Tanahku Madura
Puisi: Moh. Udi
Lahir dari perjuangan
Besar karena kasih dan sayang
Tahu akan rasa karena kepedihan
Maduraku
Sejuta makna yang tak bermakna
Beribu syair yang tak mengalir
Tanahku Madura
Tertimbun rasa yang lara
Terbendung jiwa-jiwa yang lelah
Terkikis zaman dan budaya Madura…
Air mata kan jadi saksi
Luka kan jadi bukti
Batang-Batang, 2 Maret 2020
Tuhan
Puisi: Ditalia
Engkau yang selalu menjagaku saat aku sedih
Tapi entah megapa rasanya engkau tidak pernah menghampiriku
Tuhan
Enkau selalu menjagaku
Setiap waktu
Tuhan
Biarkan aku merasakan kehadiran-Mu
Tuhan
Terima kasih atas semunya
Rumah, 17 Februari 2020
Hujan
Puisi: Siti Rofiqoh
Kau turun ke bumi
Menghijaukan daun-daun yang kering
Mengantarkan sebuah kerinduan
Yang telah lama terpendam
Hujan
Engkau mengingatkanku
Akan sebuah senyuman di masa kecil
Berbutir-butir kenangan yang jatuh
Semuanya terasa singkat kulewati
Kini kau telah pergi
Tapi basahmu masih tertinggal
Menyisakan senyuman hujan dan kenangan
Di tahun lalu
Labor, 2 Februari 2020
Sepertiga Malam
Puisi: Siti Rofiqoh
Aku terdiam terduduk lemah
Menghadap Ilahi
Mulutku bisu tak kuasa
Menahan malu atas rasa dosa Yang tak kunjung padam
Aku masih saja membuat api
Ya Allah….
Hamba apa aku ini
Di malam yang berselimut kesunyian
Kutadahkan kedua tanganku
Ya Rabbi….
Ampuni hambamu ini yang khilaf
Ruang tamu, 02 Maret 2020
Sepertiga Malam
Puisi: Siti Rofiqoh
Aku terdiam terduduk lemah
Menghadap Ilahi
Mulutku bisu tak kuasa
Menahan malu atas rasa dosa
Yang tak kunjung padam
Aku masih saja membuat api
Ya Allah….
Hamba apa aku ini
Di malam yang berselimut kesunyian
Kutadahkan kedua tanganku
Ya Rabbi….
Ampuni hambamu ini yang khilaf
Ruang tamu, 02 Maret 2020
Berlayar di Samudra Cinta
Puisi: Biyanto
Ingin rasanya kuberlayar di samudra cinta
Hingga aku terbawa arus entah ke mana
Aku terdampar di pinggir pasir gersang berkarat
Terlentang di pinggir Samudra Tekai
Terperosok di sela-sela seni para seniman
Kuterbangun di tengah-tengah perahu tua tak bertuan
Pikiranku tak karuan menuju arah ketidakpastian
Kubertanya pada burung camar
Hei, saudaraku
“Apakah ini kehidupan nyata?’’
Dan ia pun menjawab bisu
Sungguh kau tak bermasalah
Aku berjalan dengan arah tak berkepastiaan
Hingga kakiku jadi kuntil kehidupan
Biarlah keringat terlarut jadi saksi tak bersuara
Tuk aku menebus mimpi surga yang tak berpuncak
Kelak ketika kehidupan tutup tirai
Batang-Batang, 2 Maret 2020
Lelahku Berjuang
Puisi: Moh Ilyas
Ambillah hatiku ini,
Ya Allah Karena telah lelah berjuang
Karena apa yang kuinginkan
Tak dapat kugapai
Rasa sudah ada sejak dulu
Kini telah luluh
Dengan hati teduh
Hingga dihinggapi debu
Meneliti kehidupan
Mungkin ini terbaik untukku
Andai saja kau bilang dulu
Bahwa apa yang kuinginkan tak dapat kurangkul
Aku akan hinggap walau keadaan yang kaku
Kini perasaan lelah yang ada pada diriku
Aku hanya manusia
Yang hanya harapkan sandaran saat senja
Berjuanglah dengan orang
Yang bisa berjuang juga untukmu
Teras Rumah, 24 Februari 2020
KalamMu
Puisi: Triana Dewi Lestari
Lembar demi lembar kubaca
Setiap ayat mengisahkan
Banyak makna
Mengalun indah, melebur
Bersama embusan angin
Ia akan selalu hidup dalam
Dalam jiwa-jiwa tenang dan
Takkan mati seiring
Terkikisnya waktu
Kamarku, 02 Maret 2020
Cinta yang Tak Terjawab
Puisi: Moh. Nor Hafidz
Di ujung bukit yang tinggi
Kuungkapkan rasa cintaku padamu
Namun kau tak menjawabnya
Senja menjadi saksi bisu
Cintaku padamu
Kutunggu jawaban darimu
Di depan api unggun
Yang menyala nan terang
Sambil ditemani dengan Secangkir Arabica
Senyum manis dan
Tatapan matamu yang
Selalu membuatku rindu
Dan tak ingin berpisah darimu
Kolpo, 02 Februari 2020
Mengungkapkan Cinta
Puisi: Moh. Nor Hafidz
Di kesunyian malam
Kurangkai sebuah kata
Untuk mengungkapkan cinta
Malam semakin gelap
Hingga menjadi gelapnya kegelapan
Kunang-kunang beterbangan
Menghiasi gelapnya malam
Suara angin bersatu padu dengan
percikan air
Hingga menjadi sebuah irama yang merdu
Dengan arus yang kuat
Kukirimkan surat penuh semangat
Kolpo, 27 Februari 2020
Malam Kelam
Puisi: Barizatin Bariroh
Malam ini
Semuanya berubah
Bulan yang senantiasa bersinar Kini tertutupi Puisi awan hitam
Malam ini
Langit yang biasanya biru
Kini menjadi hitam
Lambaian daun pepohonan
Diterjang Puisi angin kencang
Suasana mencengkeramkan
Tiada cahaya menerangi jalan
Cahaya itu hilang
Tak tahu ke mana ia pergi
Hanya bintang yang tahu kapan ia bersinar lagi
Nyabakan Barat, 18 Februari 2020