SENYUM TANGIS
Langkahku menapaki pelataran tak terbatas
Kaki kiri ringkih kaki kanan pulih
“Ayolah kita cukup bersuka cita menyambut harapan terpapah”
Gumamku seiring langkah kemudian berlarian
Menjemput senyum yang berteduh di ruang keluarga, rumah-rumah tetangga, di bawah atap balai desa, kedai kopi, warung nasi, perkantoran, pusat-pusat kota, dan beberapa tempat yang mengundangku untuk segera menjemput tanpa ragu
Sebab guyuran hujan masih belum berhenti sejak tiga jam yang lalu
Di seperempat jalan, terlihat beberapa ekor anak kucing bersama induknya basah kuyup
Sedang berteduh di sebuah tempat sempit dan redup
“Aku tau mereka berduka seperti harapan yang sedang melewati proses panjangnya”
Gumam seorang anak kecil dengan beberapa lembar koran di tangannya, terlihat iba
Matanya tersirat segenap harapan besar
Aku taHu, dia masih perlu melewati ribuan senyum dan tangis untuk bisa menggenggamnya
Begitu pun aku
Karya Puisi : Alviana