Aku sudah berjalan selama ratusan hari
Mulut enggan bungkam, badan enggan diam
Sekalipun aku terlihat ringkih, aku ingin cepat pulih
‘‘Ayolah, ini baru dini hari”
Harapanku menyeretku untuk terus tertatih
Sementara aku masih sibuk mengobati lukaku yang masih baru
Sibuk melangitkan doa-doa besar yang tak perlu aku kotori dengan sifat asusilaku
Tak perlu pula aku gadaikan dengan keputus-asaan dan kesakitan
Biarkan tetap pada fitrahnya, seputih kapas dan sebening air mata pengharapan
‘‘Akhirnya, sampai juga aku sebagai anak dara”
Ucapku menantang harapan yang masih liar
Mengundangku untuk menjemputnya di penghujung hari
Ia berjanji menghadiahkanku senyuman orang terkasih
Padahal ini baru dini hari dan aku belum sepenuhnya pulih
Lupakan, aku masih punya penawar
Doa-doaku yang tak akan pernah berkhianat sekalipun kadang lumpuh terkapar
Tak akan pernah sehitam awan di musim penghujan
Sebab enggan disebut pecundang
Ah, rupanya aku masih perlu banyak tertatih
Doa-doa besarku pun tak boleh mati
Puisi Karya : A L V I A N A