Selamat Datang di Website Resmi Sekolah Menengah Atas Nurul Jadid - "Nurul Jadid untuk Indonesia"

SYUKUR GURU YANG TERBERAT

    Kata Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan hari ini, tugas guru amat berat dan saya sangat sepakat dengan itu. Salah satu tugas berat itu adalah menemukan dan menggali potensi peserta didik, kemudian mendampinginya agar potensi tersebut berkembang dengan baik dan optimal. 

    Kenapa itu cukup berat? Karena untuk menemukan potensi mereka saja tidak bisa dengan mengamati atau berkumpul bersama dengan peserta didik sepintas lalu. Guru membutuhkan waktu, tenaga, dan pikiran ekstra agar temuan, pendampingan, dan pembinaan tepat sasaran. Ibaratnya, guru itu seperti penunjuk jalan. Bayangkan saja bila guru salah menunjukkan jalan kepada peserta didiknya, bisa dipastikan mereka akan tersesat, syukur bila tidak menyesatkan.

    Namun, bukan berarti potensi itu tidak bisa muncul tanpa peran guru. Kadang, potensi itu muncul ke permukaan begitu saja dengan jelas, tapi sayangnya mereka tidak mendapatkan dukungan maksimal, baik secara kultur maupun struktur. Akibatnya, potensi itu tidak berkembang dengan baik. Di sinilah peran guru amat dibutuhkan karena belajar dengan guru lebih memudahkan dibandingkan belajar sendiri.

    Tidak ada peserta didik yang lahir tanpa potensi, tanpa bakat, dan tanpa minat. Mereka lahir bersama dengan potensi, bakat, dan minatnya masing-masing. Sederhananya, peserta didik memiliki jalan hidupnya sendiri-sendiri dan tugas guru adalah menemunkan serta menunjukkan jalan hidup itu, bukan memaksa mereka berjalan di jalan yang lain sehingga mereka terasing dari diri mereka sendiri.

    Salah satu upaya pengembangan diri yang sudah lumrah adalah keberadaan ekstrakurikuler. Namun, kita masih sering mendapati di lapangan bahwa prestasi akademik lebih dibanggakan dibandingkan nonakademik. Sejatinya bila kita memahami itu sebagai wadah pengembangan diri maka kita harus menempatkan dua hal tersebut di tempat yang sama dan memberikan penghargaan yang sama pula.

    Kenyataan bahwa kita masih memandang sebelah mata keberadaan potensi peserta didik yang notabene nonakademik sangat jelas dan lugas. Di antaranya, kita belum dapat memberikan nilai atau poin terhadap peserta didik yang berhasil mengembangkan bakat dan pontensinya. Kita hanya memberikan penghargaan lebih kepada mereka yang berprestasi berdasarkan uji akademik. 

    Contoh nyata ketika sekolah menyelenggarakan kegiatan akhir tahun atau perpisahan. Peserta didik yang mendapatkan penghargaan hanya mereka yang berprestasi dengan kategori akademik atau nilai rapor saja. Mereka akan dipanggil ke panggung kehormatan bersama orang tua mereka untuk mendapatkan piala atau sertifikat. Sementara itu, mereka yang bergiat di bidang nonakademik, seperti aktif di Organisasi Intra Sekolah (OSIS) atau ektraskulikuler, ditanggalkan begitu saja. Tidak ada kategori dan penghargaan yang diberikan kepada mereka. 

    Itu satu kondisi yang tak patut lagi kita pertahankan. Memang cukup sulit untuk memberikan penilaian kepada prestasi mereka di bidang nonakademik, tapi bukan berarti tidak bisa. Kita hanya butuh komitmen yang kuat dan niat tulus. Kalau kita tetap membiarkan, sama artinya kita memberikan obat yang sama kepada penyakit yang berbeda.

    Sekali lagi, tugas guru amat berat. Guru harus menemukan minat, bakat, dan potensi peserta didik, kemudian mendampingi dan menunjukkan bagaimana semua itu dapat berkembang optimal. Dengan demikian, peserta didik mengerti bagaimana mereka harus berkompetisi. Mereka juga tidak akan terasing dari dirinya sendiri sebab apa yang mereka lakukan memang sejalan dengan kediriannya.

    Katanya, salah satu bentuk syukur guru bukan hanya mengucapkan hamdalah saat mendapatkan gaji kecil atau besar dan saat naik karier atau jabatan, melainkan juga bersyukur dengan cara mengupayakan dan mengoptimalkan potensi peserta didik agar berkembang dengan baik dan maksimal. Seperti petani, syukur terbaiknya adalah dengan cara menggali potensi tanah yang dimilikinya, kemudian mengelolanya agar berkembang maksimal.

    Itulah syukur yang amat berat dan cukup sulit karena tidak cukup dengan ucapan, melainkan butuh waktu, pikiran, dan tindakan. Semoga Allah merahmati dan mengampuni kita para guru. Taqobbalallah minna wa mingkum.  

Sumenep, 2022


Penulis Artikel :