Selamat Datang di Website Resmi Sekolah Menengah Atas Nurul Jadid - "Nurul Jadid untuk Indonesia"

APA AKU BISA MENJADI SATU-SATUNYA? (Cerpen Nadia Elvaretta Al-Abkar)

 Cerpen Nadia Elvaretta Al-Abkar, Siswa SMP Nurul Jadid (30 Januari 2025) 


Aku masing ingat saat kamu bercerita tentang masa lalumu. Aku juga masih ingat saat kamu menceritakan siapa perempuan itu, orang mana, dan bagaimana kamu putus dengannya. Aku juga tidak mungkin lupa saat kamu bercerita tentang kenangan-kenangan manismu dengan dirinya. 

Tapi aku tidak tahu, apakah kamu melihat saat aku hanya mampu tersenyum tipis mendengar cerita tentang masa lalumu itu? Aku juga tidak tahu, apakah kamu mengerti mengapa aku hanya tersenyum tipis begitu? Tapi biarlah, aku akan beritahu kamu sekarang.  

Saat itu, saat kamu menceritakan perempuan masa lalumu itu, ada sesak di dada ini. Saat kamu menceritakan kenangan-kenangan manis dengannya, ada air mata yang aku tahan dan ada pilu yang mengiris hatiku ini. Saat senyum di bibirmu mekar ketika kamu menyebut namanya, asal kamu tahu, hatiku rapuh dan kecewa.

Pada malam yang sangat sunyi dan cahaya bulan temaram membalur bumi, aku mulai bertanya-tanya pada diriku sendiri, apakah aku dicintai tulus olehmu? Atau aku hanya dijadikan tempat untuk melupakan masa lalumu? Aku sangat bingung dengan diriku sendiri. Aku mulai memikirkan hal itu. Aku pun bertanya, apakah aku bisa menjadi perempuan satu-satunya di hatimu tanpa harus bersaing sama perempuan manapun, termasuk masa lalumu?

Tapi jujur, aku tidak berani menanyakan hal itu kepadamu. Aku takut, jawaban itu mambuat aku hancur dan menyakiti hati mungilku. Entahlah, kenapa pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu ada di pikiranku, pagi, malam, dan setiap waktu. Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalaku dan selalu aku tanyakan pada diriku sendiri.


***


Semoga kamu masih ingat. Sore itu aku dan kamu sedang duduk berdua bersama di pinggir pantai, menikmati es kelapa yang segar. Matahari hampir terbenam dan suara ombak terasa sangat tenang. Rasanya tidak ada sekali beban yang akan datang. Saat aku dan kamu lagi asyik mengobrol, ada pesan masuk ke handphone kamu.

Ting!

Chat dari siapa tu?” tanyaku padamu.

“Enggak, cuma dari teman,” jawabmu.

“Ooooooo!”

Setelah membuka chat itu, entah mengapa kamu senyum-senyum sendiri. Aku heran dengan sikapmu seperti itu. Apakah kamu masih punya perasaan kepada masa lalumu? Tanyaku dalam hati. Aku tahu kalau pesan itu bukan dari temanmu, tetapi dari masa lalumu, karena waktu itu aku pernah mengecek hanphone-mu tanpa sepengetahuanmu. Aku membaca pesanmu dengan masa lalumu. 

Kamu tahu apa yang aku rasakan setelah membaca pesanmu itu? Kamu tidak menggoreskan keindahan pada hati yang sudah kupersembahkan padamu ini, tapi kamu menggoreskan luka dan pilu.

Kamu masih terus tersenyum membaca pesan itu meski akhirnya kamu sadar kalau aku sejak tadi hanya diam dan diam. Kamu sadar dan seketika menaruh handphone-mu. 

“Kamu kenapa?” tanyamu.

“Emangnya aku kenapa?” jawabku.

“Ya enggak bicara sama sekali dari tadi.”

“Gimana mau bicara, orang kamu sibuk main handphone. Aku disuruh bicara sendiri gitu?”

“Biasanya walaupun aku main handphone kamu tetap bicara, ngomel-ngomel.”

“Itu dulu,” jawabku.

“Maksudnya? Jadi kamu sekarang udah enggak sayang lagi sama aku, kok enggak ngomel-ngomel?”

“Kamu pikir saja sendiri,” ucapku.

“Ya udah, maaf. Aku salah.”

Aku hanya diam dan langsung menghampiri ombak di bibir pantai. Aku hanya bisa menahan air mata yang hampir jatuh dan perasaan kecewa.

“Aku salah apa? Ayo kasih tahu. Aku bakal perbaikin kesalahanku.”

“Kamu mencintaiku atau enggak?” tanyaku.

“Ya iyalah. Cinta mati aku sama kamu.”

“Kalau kamu memang cinta mati sama aku, apakah aku bisa jadi satu-satunya di hatimu? Aku tahu kamu masih menyimpan perasaan pada masa lalumu. Pesan yang tadi kamu baca sambil senyum-senyum, itu pesan dari mantanmu, kan?”

Kemu menatapku lekat. Mungkin berusaha menjelaskan. Tapi entahlah.

“Enggak usah dijawab. Walaupun kamu gak menjawabnya, tapi aku tahu jawaban itu. Aku juga tahu kamu pernah ketemuan sama mantan kamu di pantai. Kamu selalu bahas kenangan masa lalumu saat bersamaku. Aku ingat waktu kamu cerita kalau kamu pernah menjemputnya dan kenangan-kenangan lainnya. Walaupum aku cuma diam, tapi hatiku ini sakit mendengarnya.”

Keadaan saat itu begitu sunyi, kecuali suara ombak berkejaran. Kamu pun diam. Mungkin kamu sedang berpikir tentang sesuatu, entah apa itu.

“Kamu enggak bakal tahu rasanya, orang yang kita cintai ternyata masih ada perasaan pada masa lalunya. Benar kata orang-orang, masa lalu itu tetap pemenangnya. Secantik apapun kita tetap masa lalu yang akan menang, sebaik apapun kita tetap masa lalu yang akan menang. Jadi, jangan pernah bersaing sama masalalu. Dan, aku hanya orang baru yang datang dalam kehidupanmu.”

Hari makin petang. Suara ombak tak lagi sanggup menenangkanku. Kamu masih diam. Aku pun juga tak ingin mendengar penjelasan atau jawaban apapun darimu. Apa yang dilakukan di hadapanku sudah cukup menjelaskan hatimu. Apa aku bisa menjadi perempuan satu-satunya di hatimu? Biarlah pertanyaan itu tetap menjadi pertanyaan tanpa jawaban. Membeku dan mengabadi dengan hatiku yang terlanjur kupersembahkan padamu. 




Profil Penulis :

NADIA ELVARETTA AL-ABKAR, biasa di panggil Reta. Lahir pada 13 Februari 2012 di Sumenep. Saat ini ia sedang menempuh pendidikan di SMP Nurul Jadid Batang batang. Hobi make up dan membaca. 



Tulisan pada website ini merupakan bagian dari proses pendidikan peserta didik di Nurul Jadid. Apabila ditemukan kesalahan atau kekeliruan maka pengelola website ini dapat menerima pengaduan dan mencabut penayangan tulisan tersebut.

0 Komentar