Artikel Edy Hermawan, S.Sos. Gr, Guru SMA Nurul Jadid (27 Januari 2025)
Kadang kita harus mundur sedikit agar kita bisa melompat lebih jauh.
~Fahri, dalam film Ayat-Ayat Cinta 2~
Ada banyak alasan yang kita kemukakan ketika kita enggan untuk membaca atau menulis (kalau tidak ingin dikatakan malas). Meski, sebagian kita sebenarnya menyadari betapa pentingnya kegiatan membaca atau menulis ini sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kualitas diri. Alhasil, kita tetap tidak membaca dan tidak juga menulis.
Beberapa alasan yang mungkin kita katakan, di antaranya saya tidak punya waktu; saya tidak tahu harus membaca apa; saya susah mengerti apa yang saya baca; dan saya sibuk dan sangat sibuk. Entah benar demikian adanya atau karena malas. Entahlah.
Ketika saya bertemu dengan beberapa orang dan berbicara perihal baca-tulis, sebagian dari mereka memang beralasan sibuk sehingga tidak punya waktu untuk membaca atau menulis. Tapi, di sisi lain mereka menyadari bahwa betapa penting kegiatan membaca atau menulis.
Artinya, entah benar-benar sibuk sehingga tidak punya waktu atau karena memang tidak mau alias malas untuk membaca atau menulis. Entahlah. Saya tidak lebih tahu tentang hal itu. Tapi yang jelas, tidak ada korelasi positif antara kesadaran pentingnya membaca dan menulis dengan kemauan untuk melakukan kegiatan membaca atau menulis.
Namun demikian, alasan sibuk masih terdengar cukup positif daripada beralasan karena malas. Setidaknya, siapa yang mendengar masih ada harapan berpikir positif tentang kita sehingga kita tidak dipersepsi sebagai orang malas, tapi orang super sibuk, dan sibuk itu baik daripada nganggur. Hehehe.
Rasanya, bagi kita yang masih suka beralasan ketika hendak melakukan kegiatan baca-tulis, kita perlu merenungkan apa yang dikatakan oleh M. Arfan Muammar dalam bukunya yang berjudul Be a Writer (2019). Bahwa, “Jika Anda memiliki kemauan yang kuat, sesungguhnya Anda akan menemukan seribu jalan. Tapi jika Anda tidak memiliki kemauan (malas), maka Anda akan memiliki seribu alasan”.
Kalau kita memerhatikan apa yang dikatakan oleh saudara Arfan, sepertinya kita tidak ada alasan untuk tidak melakukan kegiatan membaca atau menulis. Kita tetap akan dapat melakukannya di tengah kesibukan kita, kecuali kita tidak ada kemauan alias malas. Kalau sudah bicara malas, semua tidak akan bisa. Yang bisa tentu hanya membuat alasan.
Maka, penting untuk kita pahami bahwa kita jangan sampai menunggu waktu untuk menulis atau membaca, tapi luangkanlah waktu meski hanya sebentar. Kalau menunggu, kemungkinan besar kita tidak akan ada waktu karena selesai satu kesibukan maka akan datang kesibukan berikutnya. Dan, kesibukan paling nyaman adalah sibuk melayani kemalasan, meski jelas itu terlarang.
Kalau kita memang menyadari betapa pentingnya kegiatan membaca dan menulis, maka luangkan waktu untuk melakukannya. Tidak perlu banyak waktu, cukup konsisten saja. Bila perlu, seandainya kita terpaksa tidak melakukan maka catatlah itu sebagai utang yang harus diganti (diqoda’).
Sekali lagi, luangkan waktu, jangan menunggu waktu luang untuk membaca atau menulis. Setiap orang memiliki kesibukan, tapi percayalah, meluangkan waktu untuk sibuk membaca dan menulis akan membuat kesibukan yang lain lebih bermutu dan bermanfaat. Taqobbalallah minna wa mingkum. Anta maksudi wa ridaka mathluby. Aamiin.
Salam Literasi…!
0 Komentar